Dalam rangka memperingati Hari Ibu, siswa SMP Muhammadiyah 4 Surabaya memanfaatkan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi. Di tangan-tangan kreatif siswa, limbah rumah tangga ini disulap menjadi produk daur ulang.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan tetapi juga sebagai bentuk apresiasi kepada para ibu atas peran penting mereka dalam keluarga dan masyarakat.
Talitha Fazila, siswa kelas 7B, menjelaskan bahwa ide ini muncul dari keprihatinan terhadap limbah minyak goreng bekas yang sering terbuang sia-sia. Minyak jelantah memiliki potensi mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik, sehingga perlu diolah menjadi produk ramah lingkungan yang bermanfaat.
“Saat kegiatan keputrian sudah diberi materi, kami menerapkannya di rumah dan siap diberikan ke ibu tercinta tepat di tanggal 22 Desember ini,” jelasnya.
Menurutnya, proses pembuatan lilin aromaterapi tidaklah sulit. Proses pembuatan dimulai dengan merendam minyak jelantah bersama arang selama lebih dari 24 jam untuk menyerap kotoran.
“Kemudian minyak disaring dan dipanaskan bersama campuran asam stearat dan potongan kecil krayon bekas untuk pewarna,” tambahnya.
Menurutnya, bahan aroma sebagai pewangi lilin juga mudah didapatkan.
“Kami meneteskan minyak esensial seperti lavender, jeruk, mawar, atau kayu manis. Campuran ini kemudian kami tuangkan ke dalam cetakan seperti gelas mini atau wadah berbentuk unik, dengan sumbu lilin yang dipasang menggunakan tusuk gigi. Lilin kami biarkan mengeras pada suhu ruangan sebelum dirapikan,” pungkasnya.
Hasil lilin aromaterapi ini diberikan sebagai hadiah spesial untuk para ibu. Selain cantik, lilin ini juga memiliki manfaat relaksasi yang mendukung momen istirahat mereka.

Handa Sonia Priyanka, pembina keputrian, menyatakan bahwa kegiatan ini mengajarkan siswa berketerampilan praktis, cinta lingkungan, dan penghormatan kepada orang tua.
“Murid-murid belajar bahwa limbah seperti minyak jelantah bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai sambil merayakan Hari Ibu dengan penuh makna,” ujarnya.
Menurutnya cinta lingkungan yang sudah diajarkan berupa materi terintegrasi dalam mata pelajaran, harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Pembelajaran bermakna menjadi penting untuk mengaitkan materi pembelajaran di kelas dengan kehidupan sehari-hari. Siswa tidak sekadar belajar konsep saja namun juga praktik,” pungkasnya.